Untuk suami masa depanku
Just a little letter @feb 2015
Kuabadikan perasaanku
saat ini pada secarik kertas yang lusuh oleh airmata ku.
Dibantu polesan
tinta yang mulai mengering pada tiap sudutnya.
Tak berarti
bagimu, mungkin.
Tapi tak
mengapa, aku hanya ingin menumpahkan rasa yang kian menggelembung dalam hatiku.
Ini tulisan tentang
hati yang baru saja terluka sebab kisah cinta yang kembali kandas.
Aku masih
ingat betapa hari” ku terasa begitu panjang. Siangku begitu menyengat. Namun malamku
selalu begitu beku.
Kedua bola
mataku dengan mudahnya mengeluarkan butiran air, bahkan ketika mulutku tak
sanggup berucap.
Goresan ini
terlalu dalam menusuk tepat di tengah hatiku. Menimbulkan sakit yang tak
terperi disertai trauma berkepanjangan.
Aku tidak
melebih-lebihkan sedikitpun, inilah adanya yang kurasa.
Jika kau bertanya, sulitkah bagiku menyembuhkan nya?
Memang kufikir akan
butuh waktu yang teramat lama. Bahkan mengharuskanku melewati lorong kesunyian
tak bertepi. Pekat dan hampa.
Namun semakin
kudekatkan diri pada Nya, semakin kunikmati rasa sakitku. Tidak hilang memang, dan
tidak pula berkurang. Hanya saja aku menikmatinya.
Bukankah janji
Nya itu nyata? Bahwa Ia akan pasti telah menyiapkan yang lebih baik dibalik
setiap kehilangan. Aku hanya perlu yakin dan berserah.
Bukankah hanya
perlu sabar dan ikhlas? Meski sebelumnya semua sempat terasa begitu dekat, lalu
Ia kembali mengambil segalanya dari ku dalam sekejap.
Kunikmati saja
peranku. Bukankah tugasku hanya taat? J
Kini selepas
kepergiannya dari hatiku 120 hari yang lalu.
Pandanganku
kembali terbuka. Dunia ini luas. Lingkaran pertemanan, keluarga, bisnis,
pendidikan dan karir tidak berhenti sampai disini. Meski garis asmara sempat
terputus.
Aku hanya
berusaha memperbaiki dan terus memantaskan diri. Saat ini aku memang belum
tahu, dan kurasa masih terlalu cepat untuk menyimpulkan. Namun mulai kulihat
beberapa garis yang mungkin senada dengan garisku. Yang memiliki hasrat untuk
bersatu. Bukan lagi dalam sebuah permainan, atau semata kamuflase hubungan yang
menyakitkan. Namun bersatu dalam sebuah ikatan suci.
Jujur aku
terlalu takut untuk memilih. Maka biarlah Allah yang memilihkannya untukku. Aku
hanya perlu membuka sedikit hatiku, bukan? Akan kubiarkan cahaya nya masuk.
Melewati pintu
ke ridho an kedua orang tuaku, beserta keluargaku.
Siapapun
dirimu kelak. Bagaimanapun cerita kita dipertemukan. Seperti apapun.
Suamiku di
masa depan J
^29-02-15^
00: 38
Comments
Post a Comment