Surat cinta yang tak terbaca
Cerita dulu @2012
Dear Mr. F
Dear Mr. F
Empat bulan
berlalu sejak kita berikrar setia dalam satu hubungan yang kau sebut cinta
sebagai alasnya. Namun kemana engkau seminggu terakhir ini? Masihkah cinta itu
cukup menjadi alasan bagi kita untuk membangun kebahagiaan? Jika tidak kau
landasi dengan pilar komunikasi pada pondasinya. Mampukah aku berlindung
dibalik atap perhatian yang rapuh dan dinding kenyamanan yang retak?
Setiap
dering pesan dan ringtone telpon masuk yang membuat alunan music mengalun merdu
di handphone usangku kurespon dengan ribuan kekecewaan. Karena aku selalu
berharap itu kamu. Tahukah kamu betapa aku selalu menantikan hadirmu? Meski hanya
sekedar menyapa lewat tulisan. Tapi tenanglah, aku akan coba mengerti kesibukanmu.
Maaf
jika aku harus bertanya. Bukan berarti aku ragu, biarpun rasa itu pastilah
mengusikku walau sedikit. Bukan berarti juga aku berharap kamu jadi sosok
sempurna untukku.
Cintakku
sederhana dan mutlak. Seperti nilai phi pada rumus kelilinng dan luas
lingkaran. Meski tidak perlu dipertanyakan asal-usulnya, ia tidak dapat
digantikan oleh konstanta lain. Ia tetap dan akan selalu menjadi bagiann rumus
itu, tak terlupakan. Aku ingin selalu terjalin komunikasi yang hangat dalam,
sebagai bentuk implikasi nilai phi itu dalam hubungan kita. Agar tidak ada lagi
ragu yang mengganggu, dan kepercayaan selalu terjaga sebagaimana lingkaran yang
tidak ada titik akhirnya. Sederhana bukan? J
Salam sayang,
Ms. A
^12-04-2012^
00:
18
****
Dear Mr. F
Masih ingatkah
kamu akan awal perkenalan kita? Mungkin memang tidak ada yang special kala itu.
Tapi mengertikah kamu? Bahwa kamulah satu-satunya orang yang dapat membuatku
kembali tersadar akan cinta. Meski kepercayaanku belum pulih seutuhnya. Setelah
hampir satu tahun aku sendiri. Setelah aku merasakan getirnya fenomena cinta
segitiga bertubi cinta tak direstui sekaligus. Ada sesuatu dalam dirimu yang
membuatku berani untuk belajar percaya lagi walau memang butuh proses yang
sangat panjang dan melelahkan.
Saat ini, aku
bicara apa adanya. Kamu sosok kekasih baik dengan pengertian yang luar biasa.
Tapi kemana kah perginya perhatianmu? Ah, mungkin kamu sedang benar-benar sibuk.
Atau kamu memang sedang ingin sendiri. Meski kadang aku berfikir apalah gunanya
aku dalam hidupmu. Jujur aku khawatir. Tapi aku berusaha untuk mengerti.
Berusaha meredam semua egoku. Berusaha untuk tidak manja. Aku terus berusaha.
Aku tetap ada
di sela-sela aktivitasmu, walau hanya lewat pesan yang lupa kamu balas atau
telpon yang tidak sempat kamu angkat. Aku selalu ada. Sampai titik dimana aku
merasa bahwa kamu tidak menginginkanku lagi. Bagaimana tidak? Satu pesan dan
telpon tak berbalas mungkin menandakan bahwa kamu sedang sibuk atau tidak ada
akses ke handphone. Aku mencoba bersabar, memberimu sedikit waktu untuk leluasa
tanpaku. Berharap di saat luangmu, kamu memberi kabar. Aku terus menunggu.
Mungkin kamu
merasa bahwa aku baik-baik saja, bahkan terlalu baik untuk kamu fikirkan. Tapi
aku wanita, dan aku kekasihmu. Bagaimana mungkin aku tidak terlarut dalam
perasaaan? Aku memang wanita yang biasa-biasa saja, terlalu biasa untuk
diingat. Tapi aku punya hati, dan di dalamnya hanya ada kamu.
Kumohon,
mengertilah.
Salam hangat.
Ms. A
^30-04-2012^
01: 42
****
Dear Mr. F
Malam ini, lagi-lagi
aku gagal menyebrangi alam mimpi. Aku teringat kamu. Ingat kita.
Dua bulan lebih
kamu tidak mengunjungiku di rumah. Sebulan lebih kita tidak bertemu. Dan entah
sudah berapa minggu tidak ada lagi komunikasi dalam keadaan tenang. Mengapa
kah? Padahal jarak kita teramat dekat. Jika saat ini aku ditanya tentang
mengapa aku masih bisa bertahan. Hanya satu kata yang mampu merangkumnya.
Cinta.
Aku tidak tahu,
apapun tentang isi hatimu akhir-akhir ini. Tentang perasaanmu. Tentang kamu
yang menjauh dan seolah menghilang perlahan dari kehidupanku. Tapi aku percaya.
Cinta akan
selalu ada.
Saat kamu tidak
lagi merespon tiap kata sayang yang kuucap. Getaran rindu yang menggebu. Ketika
kamu hiraukan semua. Aku sakit. Terus terang, ada luka dan perih. Sebab aku
bukan tipe wanita yang mudah mengucap cinta. Itu semua hanya untukmu, sayang.
Cinta itu masih
bersemi di hatiku.
Salam cinta,
Ms. A
^01-05-2012^
23: 02
****
Dear Mr. F
Detik ini aku
baru benar-benar merasa kehilangan kamu. Detik yang sama saat aku menyadari
kehidupanku yang abu-abu. Hampa.
Tiga hari lalu
aku masih baik-baik saja. Ketika kamu benar-benar memutuskan untuk sendiri. Ya,
hanya ada setetes airmata yang mengaliri pipiku. Aku memang mati rasa kala itu.
Terjun dalam sumur kesia-siaan yang kugali sendiri.
Namun sekarang,
entah apa lagi yang kucari. Kamu menyuruhku menjauh, padahal kamu yang pergi.
Aku selalu disini. Tetap menunggumu kembali. Hingga tiba saat kamu mengakhiri
perjuanganku. Rasa kecewa menggerogoti setiap rongga asaku. Menghimpit dan
menyesakkan.
Sekuat apapun
aku, bertahan sejauh ini. Semua tanpa arti jika kamu tak membiarkan harapan itu
tumbuh. Menghiasi taman cinta kita. Bahkan dengan sadarmu, kau membunuh setiap
bibit asa yang telah susah payah kusemai. Terlepas dari seluruh masalahmu
diluar sana.
Yang ada di fikiranku hanya satu.
Jika memang sejak awal kamu tidak yakin untuk berbagi rasa denganku, untuk apa
kamu mengejarku? Dulu. Serta membuatku melangkah hingga sejauh ini, sekarang.
Seperti apa sebenarnya aku di
matamu?
Pernah berhargakah aku dalam
hidupmu?
Untuk apa kamu menjadikanku
pasangan?
Selama ini. Entahlah. Itu hanya
sebuah kalimat yang diakhiri dengan tanda tanya. Dan akan tetap menjadi tanda tanya.
Sebab yang kutahu sekarang, kamu bukan kekasihku lagi.
Demi semua rasa sakitku. Kini.
Aku memaafkanmu.
Semoga kamu pun begitu.
Salam,
Ms. A
^27-05-12^
22: 50
****
FN: dengan perubahan seperlunya
^_^
Comments
Post a Comment